Thursday, January 15, 2015

Review Film Dibalik 98


Kali ini saya akan mencoba me-Review film kedua yang saya tonton bulan Januari ini, “Dibalik 98”. Saya menonton pada penayangan ke-3, pada hari dimana film ini Premiere. Luar biasanya baru kali ini saya merasakan euphoria yang tinggi dari penonton. Biasanya ketika saya menonton sebuah film pada hari premiere, belum terlalu banyak yang menonton. Tapi itu tidak berlaku untuk film Dibalik 98. Gedung Bioskop penuh, bahkan saya hampir kehabisan tiket.


Pertama kali saya mendengar judul “Dibalik 98”, saya mengira ini film tentang pergolakan kerusuhan Mei 98, ternyata saya salah. Ini film dimana saya diajarkan untuk berjuang membawa kebenaran dan memegang teguh prinsip. Pada awal film saya langsung dibuat bertanya-tanya dengan konflik yang akan di sajikan oleh Lukman sardi selaku sutradara film ini, film Dibalik 98 menghadirkan penceritaan yang sangat kuat, ketika Diana seorang mahasiswi Trisakti mempunyai kakak seorang karyawan istana, dan kakak ipar seorang tentara, bagi saya ini menarik. Saya merasakan konflik batin dari tokoh-tokoh tersebut, Apalagi lukman sardi menghadirkan Dony Alamsyah dan Teuku Rifnu Wikana yang notabene pernah bermain di trilogy film merah putih keduanya bermain sangat apik, menurut saya 2 orang itu-lah yang bermain bagus PAS dengan porsi akting yang diberikan..

Latar cerita “Dibalik 98” membuat saya mencari-cari apa yang salah pada film ini, saya mencatat ada beberapa kesalahan pada film ini. Yang pertama: ketika anak dari pemulung melihat baju timnas di sebuh toko, saya melihat Bola resmi piala dunia tahun 2014 di sebelah kiri toko yaitu Brazucca padahal setting waktu pada saat itu tahun 1998. Yang kedua: Helm yang dikenakkan tokoh Bagus dan istrinya, mungkin sepele tapi ini membuat saya berpikir tentang hal itu selama pemutaran film berlangsung. Setahu saya belum ada helm seperti itu pada tahun 98 (INK. VOG). Ketiga:  pada akhir film, ketika anak pemulung menemukan baju timnas direruntuhan kayu lalu menuju kejalanan. Tidak ada yang salah dari anak tersebut, tapi ketika sorot kamera mulai naik keatas saya melihat sebuah Parabola ber-merk “Top TV” di kanan atas atap sebuah Warung, padahal Top TV tidak ada pada tahun 98. Yang ke-empat: Plat nomor kendaraan yang dipakai Bagus,. Tapi saya tidak yakin betul dengan hal itu, disana dituliskan 11.05 apakah itu kendaraan baru sehingga plat nomor akan habis pada tahun 2005/ memang kesalahan. Tapi, saya tidak meyakini hal itu. Ke lima: Para Demonstran yang memakai banyak produk pakaian/ topi yang saya yakini pada tahun 98 belum ada produk macam itu. Tapi, terlepas dari hal itu. Film ini bisa menutupi kekurangan tersebut. Mungkin hanya saya yang kurang kerjaan mencari ke-lima kesalahan tersebut.

Catatan untuk “Shakti Harimurti” sebagai crew Casting pada film Dibalik 98…Menurut saya, kedua tokoh utama Diana dan Daniel yang diperankan oleh Chelsea islan dan Boy William tidak konsisten, kadang bagus kadang juga jelek aktingnya. Bahkan ketika Diana menelpon di sebuah telepon umum lalu menangis, saya melihat tangis seorang “Merry Riana” untungnya tidak diperlihatkan terlalu lama, sehingga tidak terlalu kentara. Saya juga puna catatan untuk Agus Kuncoro yang memerankan tokoh B.J.Habiebie, saya tidak akan membandingkannya dengan Reza Rahadian pada film Habibie dan Ainun, aktingnya membuat penonton tertawa meskipun saya tidak. Akting sebagai seorang Habiebie menurut saya terlalu berlebihan bahkan dibeberapa adegan Agus Kuncoro malah terlihat seperti banci.

Tapi saya harus mengakui bahwa konflik pada film ini sangat keren, emosi saya keluar semua karena terbawa konflik dari para tokoh. Dengan ada sedikit lelucon ang membuat seluruh penonton tertawa seperti saat gusdur tertidur disebuah pertemuan yang dilakukan soeharto, serta candaan segar dari Bagus dan anak buahnya yang diperankan oleh Fauzi Ba’adilah”. Saya tertarik dengan endingnya. Ketika Salma dinyatakan sudah melahirkan, saya tidak yakin betul dengan nasib anak tersebut karena ketika dokter memberitahu Bagus, justru tangisan yang menyelimuti Diana, Salma dan Bagus.. Hanya kalimat “Yudhistira Putra Bagus” yang sedikit meyakinkan saya akan nasib anak tersebut baik-baik saja. Mungkin, ketiga tokoh tersebut terharu dengan berita bahwa anak dari Salma selamat dari operasi cesar.


Tapi bukan hanya itu,. ending dari kisah Diana dan Daniel juga sangat tidak terduga, Lukman Sardi memang cerdas dalam menarik emosi penonton, Diana yang menjadi seorang guru TK bertemu Daniel setelah 17 tahun menghilang, lalu mereka berbincang-bincang di sebuah tempat duduk panjang. Saya mengira mereka akan balikan lagi, tapi ternyata Diana sudah mempunyai anak, terbukti ketika dia mengatakan “Itu anakku”. Dan serentak respon kaget dari penonton menghiasi akhir film Dibalik 98. Overall film ini bagus dengan penceritaan dan konflik yang kuat serta ending yang tak terduga.
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

3 comments:

Ayo Beri Komentar