Tuesday, October 27, 2015

TANIA


Semalam aku bermimipi, menciummu tepat di kening
Malam itu bibirku kering
Bertemu kening yang putih seperti piring
Tubuhmu miring, penuh keringat yang mulai mengering

Tubuh yang kurus kering ini berbaring
Bersama kenangan yang mulai terusir
Aku ingin bersamamu, hingga jiwa ini tersingkir
Menikmati lagi apa yang terpikir

Tapi sayang, mimpi cuma sekedar mimpi
Tanpa script yang tak akan bisa diulangi
Aku ingin kau mengerti
Aku sudah mati saat kau cintai

Untukmu, Tan.
Semarang, 28 Oktober 2015
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tuesday, October 20, 2015

18+


“Maaf, boleh saya tahu nomor kamar Mr. Chris.”

“Maaf, ada perlu apa anda dengan Mr. Chris” tanya seorang receptionist hotel.

“Saya ada perlu dengan Mr. Chris.”

“Maaf, tapi Mr. Chris tidak berpesan bahwa akan ada tamu yang datang mengunjungi beliau.”

“Tapi…”

“Maaf, saya tidak bisa memberitahu nomor kamar pelanggan di hotel ini, itu bagian dari prosedur yang ada sini” seorang receptionist menjawab dengan sopan.

“Tolonglah, mbak.”

“Maaf saya tidak bisa, ini prosedur. Kalau anda memang ingin bertemu, telepon saja Mr. Chris.”

Aku lupa ini hotel terbaik yang ada di kota ini, peraturan hotel pasti sangat ketat. Tidak memperbolehkan tamu asing berkunjung tanpa janji dari pelanggan hotel. Reputasi hotel ini memang sangat bagus di kota ini, melarang praktik prostitusi di lingkungan hotel.

Aku mencoba menghubungi Chris, tiga kali dia menghiraukan panggilan teleponku, ini pasti karena tadi dia  melihatku dengan pria lain di kafĂ© seberang jalan. Nafasku berburu mencoba terus menghubunginya lagi. Aku mencoba mengirimkan pesan.

Chris ayolah turun.
Kamu harus dengar penjelasanku.

Aku menunggu Chris di lobby hotel. satu jam berlalu, Chris masih belum membalas pesanku. Aku cemas. Aku takut dia marah.

Chris, aku tahu kamu marah
Tapi aku harus ketemu kamu,
Akan aku jelaskan semuanya

Tiga jam menunggu di Lobby, Chris masih belum membalas pesanku.  Aku tidak boleh kehilangan Chris, dia sangat berarti bagiku, dia berbeda dengan pria yang lain. Kejadian di kafĂ© tadi bukan seperti yang dipikirkan Chris, Aku tidak mungkin mengkhianati pria seperti Chris, yang mampu membuatku menjadi diri sendiri. Pria di kafe itu hanya kawan lama yang kebetulan melihatku duduk di kafe itu sendirian ketika aku menunggu Chris. Dia langsung duduk di depanku dan menanyakan kabar, basa-basi yang biasanya dilakukan oleh kawan lama yang sudah lama tidak bertemu dan akhirnya bertemu di tempat yang terduga, tanpa disengaja. Sungguh tidak seperti biasanya Chris secemburu ini.

Chris, aku masih di Lobby menunggumu
Tolong balas pesanku, aku minta maaf
Empat jam bukan waktu yang sebentar

Baru kali ini Chris mengajakku pergi makan malam di kafe seberang jalan, katanya ada sesuatu yang ingin di berikan padaku. Aku sangat antusias mendengar ajakan Chris. Aku sangat suka ketika Chris memberikan kejutan padaku. Sama seperti ketika dia mengajakku pergi berlibur ke Hawaii. Saat itu adalah momen indah yang pernah aku alami dengan Chris, pertama kali aku mendapatkan ciuman dari seorang pria. Di salah satu hotel bintang lima di Hawaii, dia menciumku sangat manis, pelan dan tidak tergesa-gesa. Berlatar pantai Hawaii dengan ombak laut yang tinggi. Dia mengalungkan tanganya di pinggangku, aku membalas mengalungkan tanganku di lehernya. Dia menatapku dengan tatapan terindah yang pernah ku lihat, lalu menciumku lagi, dia tidak tergesa-gesa menciumku, membiarkanku meraskan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan.

Aku di kamar 191, lantai 4
Naiklah,

Chris membalas pesanku, buru-buru aku menuju lantai empat menggunakan lift. Hanya aku yang berada di lift saat itu. Wajar, waktu sudah hampir pukul  satu pagi. Aku langsung mencari nomor kamar Chris setelah sampai di lantai empat. Nafasku terasa hampir habis, jantungku hampir copot. Langkah kakiku terasa dingin lalu terhenti tepat di depan pintu kamar hotelnya. Aku merapikan bajuku, merapikan rambut, menyiapkan senyuman untuk Chris.

“Tok, tok…” beberapa detik aku menunggu. Engsel pintu mulai bergerak, jantungku berdebar lagi. Aku menyiapkan senyuman yang paling manis untuk Chris. Ketika pintu terbuka, aku melihat Chris mengenakan kaos putih dan celana pendek.

“Boleh aku masuk, Chris?” Chris hanya tersenyum, aku masuk. Lalu Chris menutup pintu kamarnya.

“Mau minum apa, sayang?” tanya Chris.

“Hmm, Wine?”

“Oke.”

Chris bergegas menuju bar di sudut kamar, menyiapkan dua gelas wine. Aku duduk di ujung ranjang kamar Chris. Mataku menatap Chris yang menuju ke arahku, membawa dua gelas berisi wine.

“Ini” Chris memberikan wine untukku.

Aku tersenyum menatap Chris meminum wine. Aku meminumnya setelah Chris.

“Aku minta maaf, Chris.”

“Sudah, jangan dibahas lagi, sayang.”

“Aku nggak bermaksud.”

“Aku tidak ingin membahas hal itu. Aku hanya ingin berdua denganmu.”

Chris mendekatiku, mencium keningku. Aku masih duduk di ranjang kamarnya. Dia semakin mendekatiku hingga wajahku menyentuh perutnya yang six pack. Aku menciumi perutnya, membuat bulu-bulu di perut Chris berdiri, menegang. Chris meminum wine sembari merasakan aku menciumi perutnya, gelas berisi wine yang ada di tanganku kubiarkan jatuh, kedua tanganku memegang pinggang Chris, masih menciumi perut Chris. Mataku melirik ke arah Chris yang menikmati sentuhanku sambil menghabiskan wine. Chris membiarkan gelas yang sudah kosong jatuh ke lantai.

“Terus sayang, aku menikmati” Kata Chris dengan suara mendesah.

Aku hanya diam, lalu membuka celana pendeknya, kuturunkan sampai ke pergelangan kaki. Lalu Chris mengangkat kedua kakinya untuk melepaskan celana pendeknya. Sebentar aku memandangi penis Chris yang ada di depanku, Chris memajukan bokongnya ke wajahku, aku menatap Chris yang masih berdiri, tersenyum nakal lalu memegang penisnya yang mulai menegang. Chris memberikannya untukku.

“Malam ini milik kita berdua sayang.”

Aku tidak menjawab ucapan Chris, penis Chris sudah masuk di mulutku. Aku menikmati situasi ini, dengan bokong Chris yang maju mundur. Chris mendesah. Aku juga.

Aku selalu bahagia bersamanya, Chris sama denganku punya dada yang bidang, perut six pack dan kepala yang botak.


“Gantian aku, sayang.” Kata Chris, menuntunku berdiri.
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tuesday, October 13, 2015

Tanpamu, Aku Jatuh Cinta


Tigapuluh sembilan hari tanpamu, aku mulai terbiasa merasakan ketidakmungkinan yang membentang diantara kita, aku menikmatinya sekaligus tersakiti oleh sekat yang terlalu tinggi kau bangun. Rasa sakit itu sedikit membuatku takut. Tapi, jauh lebih menyakitkan jika aku tak tersakiti olehmu. Ada satu perempuan yang masih terngiang di otakku hingga kini, entah sampai kapan akan hilang, Dia yang menjadi budak rutinitas dan agaknya mengaku bosan dengan apa yang dia lakukan setiap hari.

Sore itu dia seperti pencuri bagiku, berbicara dengan nada yang semangat namun lembut lalu pergi, meninggalkan bekas yang teramat dalam, tak bisa ku tinggal barang sedetik. Aku yakin pertemua di kafé itu bisa terjadi karena kami saling menghargai, karena jika tidak pertemuan itu akan terasa hambar dan aku akan menyesal karena telah menghabiskan enam jam hanya untuk berbicara dan menikmati kopi sembari menahan rasa pahitnya. Semua orang pasti sangat paham cara mencintai, karena rahmat itu menyertai setiap manusia dari mereka lahir ke dunia. Sama dengan perempuan itu, aku menemukan cahaya yang tidak ku temukan pada perempuan lain. Aku terlahir lagi secara emosional setelah pertemuan itu, dan aku masih menunggu pertemuan itu datang lagi.

Aku ingin membalas apa yang telah dia berikan padaku, aku berpikir bahwa kedatanganku di kafe itu bukanlah sebuah kebetulan, pertemuan itu pasti sudah terencana oleh kami jauh sebelum raga kami benar-benar bertemu. Namun, aku tak yakin dia akan kembali seperti pertemuan kami sore itu. Meskipun aku tak mempersoalkannya lagi, bagiku cukuplah rasa cintaku padanya menggema dalam anganku. Aku tak berharap apapun dari rasa cintaku, sama sekali. Kubiarkan hatiku hanyut dalam arus kehidupan yang terasa terbalik, aku ingin mengulangi sore itu. Aku bingung.

Dia perempuan, seorang Independent, mestinya dia paham bahwa tujuan utama hidup adalah memahami makna cinta yang utuh, Untuk membangkitkan cinta kita butuh kehadiran orang lain sebagai objek atau bahkan subjek nyata. Dia bilang bahwa dia sudah bosan berada disini, anehnya aku sama sekali tak memahami maksud perkataannya.

Aku hanya ingin percaya bahwa aku memang benar-benar sedang jatuh cinta, rasanya sulit mengakui hal itu, selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun menyangkal cinta, hasilnya justru sangat berlawanan dan malah menyakitiku. Aku telah membiarkan diriku  terpesona oleh perempuan yang menanggapiku sedikit berbeda, melihatku dari sisi yang tak pernah dilihat orang lain. Aku bisa kehilangan dia tanpa perlu menyalahkan diri sendiri karena terlalu jujur mengungkapkan perasaan yang bahkan dia ketahui sendiri. Dan kalau benar aku kehilangan dia. Setidaknya aku telah memperoleh satu hari yang sangat bahagia dan terasa ambigu dalam hidupku.

Dalam cinta, harusnya kita bertanggung jawab atas perasaan kita sendiri, dan tidak bisa menyalahkan orang lain bahkan orang yang kita cintai atas apa yang kita rasakan.

Aku bukanlah tubuh tanpa cinta, cintaku tak kasat mata, belakangan ini aku menyadari bahwa cinta adalah super power. Sudah sangat lama aku tidak jatuh cinta, sudah sangat lama aku berpura-pura jatuh cinta, sudah sangat lama aku tidak berpikir soal cinta, aku merasa cinta telah melarikan diri dari tubuh dan jiwaku, aku merasa tak pernah disambut hangat oleh si super power yang menggetarkan jiwa banyak orang. Tapi, kalau aku tidak berpikir soal cinta, selamanya aku akan hidup tanpa cinta, kosong. Tanpa akar, tanpa pangkal.


Percayalah akulah yang pertama dan terakhir, yang mencintaimu dalam diam, mencintaimu tanpa mengharapkan apapun balasan. Aku mencintaimu tanpa jatuh cinta, merinduimu tanpa pertemuan, mengharapkanmu tanpa belas kasihan, aku memilikimu tanpa kau miliki.. Sudah lama sekali aku tak menatapmu atau bahkan kau yang sudah lama tak menatapku. Aku masih bisa menatapmu dari kejauhan, mendengar suaramu dari bilik handphone, mengenang pertemuan kita di kafe itu dengan mendatanginya dan duduk ditempat yang kau dudukki sore itu. 

Untukmu yang tak memikirkanku.. 
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Wednesday, October 7, 2015

RINDU


Rinduku bagai telinga mencari suara
Rinduku bagai bibir mencari kening
Rinduku bagai mata mencari gelap
Rinduku bagai hidung mencari nafas

Telingaku rindu mendengar suaramu
Bibirku rindu mencium keningmu
Mataku rindu terpejam bersamamu
Hidungku rindu menyentuh hidungmu

Rinduku bagai kaki yang tak melangkah
Rinduku bagai tangan tak tergenggam
Rinduku bagai ombak menyentuh pantai
Rinduku bagai awan bertemu langit

Rinduku bagai nenek tua mencari kursi goyang
Rinduku bagai kakek tua minum kopi
Rinduku bagai sungai yang memburu laut
Rinduku bagai pendaki yang mencari puncak tertinggi

Rinduku melangkah bersamamu
Rinduku menggenggam tanganmu
Rinduku menatap matamu
Rinduku menggiggit bibirmu

Aku rindu kau bohongi
Aku rindu kau kagumi
Aku rindu kau kasihi
Aku rindu kau rindui


Semarang, 8 Oktober 2015
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.