Saturday, April 30, 2016

Mei satu tahun lalu


Mei satu tahun lalu
Semua yang pertama muncul diantara kita
Menyulam jaring laba-laba tua di sudut kedai kopi
Rindu dan tengah malam yang menyekat namun terasa dekat
Mei satu tahun lalu
Keterasingan jadi milik kita berdua
Diantara kursi tua dan meja kayu berpola elegi
Tangan yang dingin itu tersentuh pori
Mei satu tahun lalu
Bawa aku ke duniamu sekali lagi
Meneropong mata yang entah menatap apa
Menyentuh nafas yang entah untuk siapa
Mei satu tahun lalu
Tidakkah kau ingin mengulang malam itu
Mei satu tahun lalu
Rasa itu masih ada dan tanpa ragu
Memeluk tubuh penuh lusuh
Malam-malam tetap sama sejak Mei tahun lalu
Menunggumu di kedai itu
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Friday, April 29, 2016

SISA YANG TERULANG


Aku tak mengulang rasa untukmu

Meski kau telah menanam semua di hatiku

Aku butuh mati sebelum kau cintai (lagi)

Kematian telah menuntunmu sebelum aku

Pahitnya kopi masih tak bisa membawamu padaku

Tapi, manisnya teh masih menahanku pada jantungmu

Jadi, bahagiakah kau dengannya

Aku bertanya sebelum kau kembali dan menjadikanku sisa


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Thursday, April 28, 2016

BATAS


Kau tahu, rasa sakit dan bahagia hanya sebatas sentuh
Kau pun tahu rasa sayang dan benci hanya sebatas senyum
Kau juga tahu rasa yang menggebu di dadaku kala itu
Ingatkah? kita pernah dalam satu bahu yang sama
Kita pernah dalam payung yang sama
Kita pernah membagi tangis yang sama
Kita pun tahu ciuman itu kala hujan mengepung rumahmu
Lalu siapa kita sekarang
Apa kita sekarang
Benarkah, sudah tak ada lagi kita
Kenapa?
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Sunday, April 24, 2016

KEKASIH YANG MENUNGGU DI UJUNG GANG


Sebelum pagi, seorang pria melihat bintang di langit barat. Bulan yang kuning bundar itu tetap tak sempurna. Selalu ada noda hitam di setiap lekuknya, bukti bahwa bulanpun tak sempurna meski banyak yang mencintainya tanpa sebab. Subuh yang baru saja selesai menyisahkan aroma wangi khas para ustadz. Seorang pemulung yang bertubuh kecil, sibuk merogoh tong sampah di kampung itu. Pagi buta jadi temannya, karena setelah matahari terbit manusia-manusia congkak itu tak mempersilahkan para pemulung mengais rezeki di tong sampah mereka.

Kekasih yang menunggu selingkuhannya di ujung gang, risau berdiri di samping gapura yang menjulang persis disamping pohon mangga. Tubuhnya yang putih mulus semakin terlihat karena sinar lampu yang jatuh dikulitnya. Dadanya yang montok, tak terlalu besar dan tak terlalu kecil. Tapi, padat, menyembul keluar dibalik bra warna hitamnya. Pemulung itu sesekali meliriknya penuh nafsu.

Angin pagi yang dingin menyibak baju terusan hitam tanpa lengan yang membungkus tubuhnya. Membuat lututnya bergetar karena kedinginan. Rambutnya yang dikuncir dan bibir tipis dengan gincu merah muda semakin membuatnya tampak menggoda. Sekali lagi, pemulung itu belum juga selesai merogoh tong sampah yang berada tak jauh dari tempat perempuan itu berdiri. Meski sudah tak ada lagi sampah yang akan dipungutnya. Pemulung itu terus berpura-pura merogoh tong sampah dengan tongkat yang bengkok diujungnya sambil sesekali melirik betis perempuan itu yang putih mulus, dengan heels hitam yang membuatnya semakin cantik dan seksi.

------

Keadaan rumah malam itu semakin kacau. Suami yang merasa aneh dengan istrinya bertanya lembut pada istrinya. Pernikahan yang telah bertahan duapuluh tahun terasa merenggang. Sang istri tak lagi mau melayani suaminya di atas ranjang. Agnes dan Ary sepasang suami-istri yang sempurna. Ary tak lagi menemukan keteduhan hatinya dari diri Agnes, yang makin hari makin terlihat aneh. Ary tak pernah lagi bisa meraskan kenikmatan kelamin istrinya. Ary hanya bisa sesekali memegang payudara istirnya di tengah malam, saat Agnes tertidur pulas.

Ary yang bertanya lembut ditanggapi dengan nada yang ketus oleh istrinya. Agnes tak mau Ary ikut campur dalam masalahnya. Masalah yang tak juga diceritrakan oleh Agnes. Masalah yang membuat pernikahan tak terasa indah, lagi. Pernikahan mereka menjadi ladang kebencian yang terus dipupuk Agnes dan Ary mencoba memberinya hama, agar rasa benci itu tak tumbuh terus menerus. Agnes masih tampak muda, tak terlihat garis keriput pada wajahnya, masih tampak cantik, anggun dan menggoda.

Ary tak ingin anaknya yang kuliah di luar kota mengetahui masalah orang tuanya. Seorang ayah yang tak ingin mengganggu fokus anaknya yang ingin menjadi arsitek. Jakarta jauh dari Semarang. Anak lelakinya hidup cukup nyaman di Semarang. Dengan Apartement di pusat kota dan satu Honda Jazz silver berplat H. Dengan pekerjaan Ary dan jabatannya yang terpandang, tak susah bagi Ary, memberikan segalanya untuk keluarganya. Ary pria tampan yang setia dengan istrinya, meskipun banyak wanita cantik yang mendekatinya dan rela dijadikan istri kedua, Ary tetap teguh menjaga keluarga kecilnya. Pria idaman banyak wanita.

------

Bayu, anak Agnes dan Ary. Menjadi idola di kampusnya, seorang penyanyi solo dengan suara lembut dengan magis yang mampu meneduhkan hati para wanita. Badannya yang tinggi-tegap, rahangnya tegas dengan kumis yang menggoda. Wajahnya yang seperti bule, membuat orang-orang mengira bahwa Bayu punya keturunan bule. Meskipun tidak sama sekali. Pernikahan Sunda-Jawa membuat wajah Bayu tampak tampan dan enak dipandang. Keahliannya dalam memainkan musik semakin menambah keseksiannya dimata para wanita. Gitar, piano dan Saxophone menjadi hobinya setiap hari. Matanya mampu meluluhkan hati semua wanita yang memandangnya, seperti rasa nyaman ketika memluk guling, rasa nyaman yang tak bisa dimilikki.

Bayu lebih dekat dengan Agnes ketimbang Ary. Kedekatan Bayu dan Agnes serupa sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Meskipun tak terlalu dekat dengan ayahnya, Ary. Bayu sangat menghormati ayahnya yang terus menyuplai dana untuk kuliah dan kesehariannya. Teman-teman Bayu lebih banyak para wanita yang awalnya berharap untuk bisa menjadi kekasihnya, namun kedinginan Bayu mematahkan keinginan semua wanita yang mendekatinya. Kebaikannya terhadap semua teman-temannya diartikan hanya sebatas kebaikan antar teman, tidak lebih. Lagipula Bayu mencintai salah satu dosennya. Dosen yang juga menjadi idola para mahasiswa dikampusnya.

Hubungan yang hanya sebatas antara mahasiswa dan dosennya. Saling menatap ketika ada kelas, saling memuji penampilan. Saling memuji kecantikan dan ketampanan. Saling bercumbu di dalam mobil. Bayu dan dosennya saling mencintai tapi sama-sama tak ingin melangkah lebih jauh. Lebih tepatnya dosen Bayu memilih untuk tidak berstatus dengan Bayu, karena telah memilikki suami dan seorang anak umur duabelas tahun. Bayu sedikit tidak bisa menerima keadaan itu. Tapi Bayu, memilih untuk mengalah, menerima keinginan yang tak bisa menjadi kenyataan.

Hubungan antara Bayu dan dosennya menjadi perbincangan paling menarik dikampusnya. Apalagi setelah Bayu membawanya ke Apartementnya, pada pergantian tahun. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di Apartement Bayu. Semua hanya bisa menebak tanpa bisa memastikan.

------

Kekasih yang menunggu selingkuhannya di ujung gang. Risau, melihat jam tangannya. Fajar mulai tampak membuat langit timur terlihat sedikit oranye, meskipun langit diatas kepala Agnes masih hitam pekat. Pemulung itu telah lama pergi setelah Agnes menangkap matanya yang usil menatap dadanya.

Tepat ketika Agnes melepas kuncirnya, menggoyangkan kepalanya hingga rambutnya terurai indah. Honda Jazz Silver berplat H, pelan-pelan berhenti tepat didepannya. Agnes membuka pintu depan. Mencium bibir pria dibalik kemudi setelah duduk dan menutup pintu mobil. Senyum keduanya mengembang, seperti sepasang kekasih yang telah lama merindu dan baru bertemu. Agnes sesekali bersandar pada bahu pria itu. Mengelus lembut lengannya yang kekar dan berotot.

Di dalam mobil yang telah memasukki tol. Agnes buru-buru meminta Bayu untuk meminggirkan mobilnya, tidak seperti biasanya yang sabar menunggu hingga setengah jalan tol. Bayu meminggirkan Honda Jazz Silvernya, mematikan mesinnya menatap Agnes yang kini berada di pangkuannya. Agnes menghadap Bayu yang masih belum pindah, lengannya merangkul leher Bayu. Kedua tangan Bayu menyentuh pinggul Agnes. Dengan nafas yang menderu, pelan-pelan Agnes menempelkan bibirnya pada bibir Bayu, melumatnya perlahan tanpa terburu-buru. Lidah mereka saling beradu, Agnes menggigit lidah Bayu dengan ganas sembari menurunkan Ritsleting bajunya. Menurunkan bajunya setengah, membuat bra hitamnya terlihat, lalu membuka kaitnya. Bayu menyentuh dan meremas dada yang padat itu.

Beberapa menit mereka bercumbu didalam Mobil ponsel di kantong kanannya bergetar. Satu pesan dari dosen yang sangat dicintainya, Bayu membacanya dalam keadaan masih mencium Agnes dan tangan kirinya meremas buah dada Agnes.

“Bayu, kapan pulang ke Semarang? Suamiku pergi ke luar kota. Aku tunggu di rumah ya.”

Setelah habis membaca setiap kata. Bayu semakin bersemangat, ponselnya dibiarkan jatuh menyentuh lantai mobil. Dahinya penuh peluh keringat. Tangannya menarik tuas jok mobil, memiringkannya penuh. Sampai matahari benar-benar menghapus gelapnya langit dan Jalan tol sudah dipenuhi pengendara. Agnes dan Bayu menyudahi apa yang terjadi di dalam mobilnya.

Hal itu biasa dilakukan Agnes dan Bayu sebelum kumpul keluarga. Setiap dua minggu sekali setiap weekend Bayu selalu pulang ke Jakarta untuk berkumpul bersama Ayah dan Ibunya, Agnes.




Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Saturday, April 16, 2016

Kurir Terakhir



            Pria berkumis tebal itu masih mondar-mandir di depanku sejak setengah jam lalu. Stasiun ini masih belum terlalu ramai, terlihat pedagan-pedagang asongan yang sibuk menyiapkan dagangannya, petugas-petugas kereta yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sudah hampir dua jam aku disini, duduk sendiri di bangku kayu yang suaranya berdecit. “Pria dengan topi cowboy” masih aku ingat  kalimat perintah Hanief, bosku. Aku membawa barang yang dibungkus kardus sepatu berwarna coklat yang tidak aku ketahui apa isinya. Hanief  bilang ini tugas penting, dia bilang bahwa aku kurir terbaiknya. Dia juga memberikanku satu tiket keberangkatan kereta api.

Bunyi roda kereta yang bergesekan dengan rel kereta api itu sedikit mengganggu telingaku. Satu lagi, rangkaian gerbong kereta mulai memasuki stasiun ini, terdengar suara petugas stasiun yang mengingatkan penumpang untuk menjauhi rel.

Kereta itu berhenti di jalur satu, tepat di depanku. Sampai kereta itu benar-benar berhenti, suara kerumunan penumpang  mulai terdengar. Penumpang yang naik dan turun membuat keindahan jadi hilang, di ujung kerumunan aku melihat pria yang membuatku terjaga di stasiun ini sejak dua jam tadi. Pria dengan jas hitam, jeans dan topi cowboy cokelat, menghampiriku dengan mantap, matanya yang besar dan tatapan yang tajam membuat kesan baik jadi hilang. “Naiklah kereta ini, turun di stasiun berikutnya.” Kalimat itu mengiringi perginya pria itu, hilang di balik punggung penumpang lain. Tanpa berpikir panjang, aku langsung naik dan duduk di tempat yang dituliskan di tiket itu.

           Aku duduk gelisah di samping seorang ibu yang sedang menyusui anaknya, penumpang lain sibuk dengan ponselnya, ada yang tidur pulas dengan mulut yang terbuka, ada juga yang fokus membaca koran.  Dua petugas restoran kereta api sibuk menawarkan dagangannya dengan troli yang memang biasa dipakai. Aku terus menatap keluar jendela, di balik jendela itu debu dan asap tak ada bedanya, mengaburkan pandangan. Awan hari ini tak jelas berbentuk, seperti garis lintang yang tidak jelas ujungnya.

“Teh hangat mas?, nasi goreng,” salah satu petugas restoran menanyaiku.“oh enggak mas, terimakasih,” Jawabku. “mau kemana mas?” petugas itu membalas. “Teh hangat satu mas.” Aku sengaja tidak menjawab pertanyaannya, aku sendiri tidak tahu kenapa aku disini dan mau kemana tujuanku.

Baru kali ini aku naik kereta untuk menghantarkan barang, biasanya hanya dengan mobil atau montor. Kata Hanief ini barang penting. Aku memang tidak pernah membuka barang yang aku hantar, karena itu melanggar aturan seorang kurir. Jarak dari stasiun tempatku naik kereta ini sampai stasiun selanjutnya tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu satu jam.

Ponselku berbunyi,  dari Hanief. “Hallo bos. ” Sapaku tegas. “Masih kau bawa barang itu?” Hanief  menjawab dengan suara yang pelan, seperti serius sekali. “Masih bos santai saja” jawabku pelan. “Berikan kepada pria berkacamata hitam yang berdiri di depan kamar mandi di stasiun berikutnya, dan ambil barang titipanku yang dibawanya” Hanief sudah menutup teleponnya, sebelum aku menjawab perintahnya.

Aku sampai di stasiun yang dimaksud. Barangnya jatuh ketika aku hendak bergegas  menuju kamar mandi di stasiun itu, barang ini cukup berat dibungkus kertas alumunium foil. Tanpa pikir panjang aku memasukkannnya lagi di dalam kardus.Aku hampir sampai di  kamar mandi stasiun. Benar saja,  pria berkacamata hitam itu sudah ada di depan kamar mandi. “Ini barangnya” aku memberikannya dengan mantap. Orang itu mengeceknya lalu tersenyum dan mengangguk. “Terimakasih, kembalilah, ini tiket kereta untuk kau pulang.” Dia memberi tiket kereta dan amplop cokelat besar yang dilipat, aku tahu isinya. Uang jutaan rupiah, aku merasakannya.

Di kereta kepulanganku aku memikirkan barang yang aku bawa tadi, sepertinya aku kenal dengan barang itu. Aku merasakan dengan tanganku, semacam bubuk. Beberapa detik setelah lamunanku. Hanief mengirimkan satu pesan. Pesan yang bermaksud untuk memberikan arahan pada kurir selanjutnya, kurir yang menungguku di stasiun yang membawa kardus sepatu.

Aku sudah sampai, turun bersama penumpang-penumpang lain yang berebut keluar lebih, Aku mencari pria yang membawa barang  yang di bungkus kardus sepatu. Aku menemukannya, pria kecil dengan rambut keriting yang duduk tidak jauh dari pintu kereta tempatku keluar. Dia melambaikan tangannya ke arahku, aku membalas lambainnya.

“Kamu diutus bos?” tanyaku bingung. “Iya, ini pertama kalinya aku menjadi kurir.” Dia menjawab penuh semangat. “Oke, Berhenti di stasiun berikutnya dan jangan coba-coba membuka barang itu.” Aku terpaksa mengatakannya supaya anak itu tidak membukanya, dia orang awam. Harus diberitahu.

Anak itu bergegas masuk kereta, tatapannya ceria. Mungkin karena ini pertama kalinya dia menjadi kurir dan akan mendapatkan uang dari hasil kerjanya sendiri. Aku pergi meninggalkan stasiun dengan rasa bingung dan curiga, setelah ini aku harus menemui Hanief dan meminta bayaranku.

“Sejak kapan, kau menjadi Bandar?” Aku melemparkan amplop cokelat berisi uang kearahnya.

“Apa maksudmu?”

“Barang apa tadi?” aku mendekatinya.

“Kau tidak perlu tau” Hanief membuang muka.

“Aku perlu tahu atau mungkin besok kau sudah ada di balik jeruji besi.”

“Jangan sok. kau tinggal lakukan apa yang kusuruh, lalu aku memberi bayaranmu. Apa susahnya?” Tangannya mengambil barang di laci mejanya.

“Apa yang kau lakukan?” Hanief menodongkan pistol dengan peredam suara ke arahku, membuatku berhenti mendekatinya.

“Jadi, sudah lama tak ada kabar dari Rio, ini yang kau lakukan kepadanya?” tanyaku tegas.
“Aku punya banyak orang, yang siap menghantarkan barang itu ke dia,” tangannya menarik pelatuk pistol.

“Lalu? Kau membunuh mereka semua?”

“Tidak, hanya kurir-kurir sok tau sepertimu dan Rio” tangan kirinya melemparkan uang bayaran ke arahku.

Belum sempat aku menangkapnya, dentuman halus dari pistol melesat ke arahku.



            
Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Monday, April 4, 2016

CIUM


Kecupanmu jadi candu buatku,
Aku merindukan kecupanmu yang mendarat di keningku.
Bukan karena bibir tipismu,
 Aku suka ketika ujung hidungmu ikut menyentuh keningku,
Aku bisa merasakan nafasmu yang menderu meminta yang lain...
Lalu kau turun dari kening ke bibir...
Kau bilang bibirku seksi,
Itu karena ciuman mesramu,
Aku ingat kau lebih suka menggigit bibirku...
 Meski lidah kita sudah saling bertemu,
Aku tahu ada bibir lain yang kau cium..


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

MASIH ADA


Ada jeda yang mengukur kata
Ada jarak yang membaurkan luka
 Ada batas yang mengikat rasa...
Masihkah kau memberi jeda diantara kata?
Membuatnya jadi bisa terbaca..
Masihkah kau memberi jarak diantara luka?
Membuatnya hilang kesadaran penuh sesal...
Masihkah kau memberi batas diantara rasa yang saling mengikat?
Membuatnya saling mengerti
susahnya memahami dua rasa yang terlanjur dimiliki orang lain...


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

CUMBU


Langit berubah kelabu
Seketika kenangan menarikku
Merubahku jadi hujan malam itu
Saat kau mencium tepat di bibirku

Ada haru yang membiru
Merubah kenangan jadi rindu
Ingatan membawaku pada malam itu
Saat kau meniduriku di kasurmu

Hujan menunda waktu
Membuatku jadi meragu
Adakah aku dihatimu?
Merajut cumbu penuh malu

Semarang, 14 Januari 2016


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

AKU INGIN KAMU


Aku menantimu di ujung gang
Bersama air mata yang mengering
Wajahmu menjelma rindu yang mengganggu otakku
Suaramu menggema kasih yang mengganggu telingaku
Nafasmu membekas disetiap nafasku

Aku ingin kamu, sayangku
Membelaiku dibalik selimut
Aku ingin kamu, sayangku
Menciumku penuh malu
Aku ingin kamu, sayangku
Memelukku diantara hujan
Aku ingin kamu, sayangku
Menggenggam tanganku tanpa ragu

Masih adakah kamu disana?
Menungguku penuh senyum
Aku ingin kamu yang dulu
Yang merinduiku tanpa ampun




Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

PUAS?


Ada gerimis di pelupuk matamu,
Ada hujan di rongga dadamu,
Ada hampa di matamu
Aku melihat sepi yang mengering,

Bibirmu purnama pertama
Arah semua pria mengadu
Kau simpan rahasia hati
Yang menyakitimu sendiri
Ku bisikkan kenangan, kamu menolak

Puaskah kamu, membuatku menunggu?
Puaskah kamu, membuatku merindu?
Puaskah kamu, membuatku meragu?
Puaskah kamu?


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

MALAM ITU


aku rindu malam itu
malam saat hujan menyamarkan suaramu
saat kuciumi lehermu
kugigit bibirmu
dan kau menggigit lidahku
ingatkah kau malam itu?

adakah aku di matamu?
adakah aku dalam tangismu?
adakah aku di setiap rindumu?
sekali lagi ku tanya, adakah aku?

kini bibirmu bau tembakau
bekas ciumku yang menggoda gairahmu
bangkitlah...
balas aku...
cium aku, sayangku...


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

TANYA


Ada apa dengan polaris? 
Ursa minoris menantinya di utara
Sirius pergi karenannya
Racun jingga wajah canopus

Bulan terlelap di jantungmu
Arcturus merinding kelam
 
Menanti beta leonis datang
Menilik sirius dari jauh

Ada apa dengan polaris?
meninggalkan hati yang dicaci
Ada apa dengan sirius?
terangnya tak tampak lagi
Ada apa dengan arcturus?
kenapa meninggalkan bootes
Ada apa denganku?
Puisi macam apa ini...


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

KAU


Engkaulah rintangan dalam benak, menyusuri yang tak tersentuh

Engkaulah raga yang terpasung, mencari tubuh yang tak berbentuk

Engkaulah jiwa yang tersudut, mencari malu dalam bias tak menentu

Engkaulah tubuh yang terkesima, mencari batas yang kau beri sendiri

Engkaulah langit yang membiru, menyilaukan mata yang mencarimu

Engkaulah awan yang mengabu, mengganggu hasrat yang merajuk

Engkaulah, wanita malang yang merubah langitmu jadi abu

Dan akulah, yang siap merubah abumu jadi haru yang membiru

Semarang, 1 Maret 2016


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

PUISI TENTANG SENJA


Jika aku jadi senja, aku senja yang menautkan dua pasang mata yang saling menatap

Jika aku jadi senja, aku senja yang melabuhkan dua hati yang saling mencintai

Jika aku jadi senja, aku senja yang mengebiri waktu saat kita bersama

Jika aku jadi senja, aku senja yang menghapuskan jarak sepasang kekasih yang merindu

Jika aku jadi senja, aku senja yang menghangatkan tubuh tanpa peluk

Jika aku jadi senja, aku senja yang menghapus tangis perpisahan

Jika aku jadi senja, aku senja yang memelukmu tanpa ragu

Jika aku jadi senja, aku senja yang rela selamanya redup untukmu

Akhirnya, akulah senja yang menemanimu bersama kekasih yang kau cium dibibir pantai, sore itu.

Puisi tentang Senja,
Semarang, 2 Maret 2016.


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

MAMPUS


Dalam bentang yang tak mengembang

Kenangan jatuh kelubang yang sama

Mengais rindu yang pecah diantara luka

Takadaguna,menataptanpamenetap

Takadaguna,akumerindu

Takadaguna,merindutanpabertemu

Takadaguna,akumenunggu

Takadaguna,cintatanpameragu

Takadaguna,akumembisu

Tak ada guna, kata tanpa jeda

Tak ada guna, semuanya

Mampus kau membacanya


Zahid Paningrome Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.